Karakteristik Cara Belajar Anak Usia
Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa
dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki
karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara
belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini.
Adapun
karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) adalah
:
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa
yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna,
menarik, dan fungsional.
Karakteristik Pembelajaran untuk Anak
Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono
dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain,
dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini
diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas
memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan
perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar
dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat
inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal
penting, yaitu :
1) Berorientasi pada usia yang tepat,
2) Berorientasi pada individu yang
tepat, dan
3) Berorientasi pada konteks social
budaya (Masitoh dkk.,2005: 3.12).
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan
tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang
diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk
dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus
manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan,
berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran
berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak.
Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya
melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang
melingkupinya.
Kriteria Pemilihan Strategi
Pembelajaran
Strategi
pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan berbagai metode
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Masitoh dkk., 20056.3). Ada
bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru Taman
Kanak-kanak. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya mempertimbangkan
beberapa faktor penting, yaitu:
a. karakteristik tujuan pembelajaran,
b. karakteristik anak dan cara
belajarnya,
c. tempat berlangsungnya kegiatan
belajar,
d. tema pembelajaran, serta e. pola
kegiatan (Masitoh dkk.,2005: 6.3).
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di
Taman Kanak-kanak
A. Strategi Pembelajaran yang Berpusat
pada Anak
a. Pendekatan yang melandasi
pembelajaran yang berpusat pada anak.
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga
merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan
strategi pembelajaran berdasarkan:
1) pendekatan perkembangan dan
2) pendekatan belajar aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang
berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai
berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).
o
Prakarsa
kegiatan tumbuh dari anak.
o
Anak
memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.
o
Anak
mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.
o
Anak
menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.
o
Anak
mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
o
Anak
menggunakan otot kasarnya.
c. Sintaks pembelajaran yang berpusat
pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.
1) Tahap merencanakan (planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain
yang terdiri dari : a) balok-balok kayu, b) model buah-buahan, c) alat-alat
transportasi, d) buku-buku cerita, e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam
boneka.
2) Tahap bekerja (work time)
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian
dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai
bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap
memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini
guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
B. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a. Rasional strategi pembelajaran
melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang
menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi
seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst.
Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan
kemampuan manusiawinya.
b. Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama,
yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
1) Tahap prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan : kegiatan
penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan
bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
a. Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari
: (1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus
diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing
anak, misalnya membuat istana, membuat, menara, dst., dan (4) guru memperjelas
apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.
b. Kegiatan penyiapan bahan dan
peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil,
dsb.
2) Tahap bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua anak
menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan bimbingan guru,
peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing, c) setelah kegiatan
selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d)
anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari
kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang
aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk
geometris yang dibentuk anak, dsb., b) menghubungkan pengalaman anak dalam
bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c)
menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan
petingnya kerja sama.
C. Strategi Pembelajaran Melalui
bercerita
a. Rasional strategi pembelajaran
melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan
strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6)
mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut.
•
Bagi
anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya
merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
•
Guru
dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada
anak.
•
Kegiatan
bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan
keagamaan.
•
Pembelajaran
dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
•
Dengan
dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
•
Membantu
anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan
bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui
bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah.
Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang
dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita,
menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang
diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang
dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah
kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
o
menyampaikan
tujuan dan tema cerita,
o
mengatur
tempat duduk,
o
melaksanaan
kegiatan pembukaan,
o
mengembangkan
cerita,
o
menetapkan
teknik bertutur,
o
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian
kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita
untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan.
D. Strategi Pembelajaran Melalui
Bernyanyi
a. Rasional strategi pembelajaran
melalui bernyanyi Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi
memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya
secara luas karena :
1)
bernyanyi
bersifat menyenangkan,
2)
bernyanyi
dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan,
3)
bernyanyi
merupakan media untuk mengekspresikan perasaan,
4)
bernyanyi
dapat membantu membangun rasa percaya diri anak,
5)
bernyanyi
dapat membantu daya ingat anak,
6)
bernyanyi
dapat mengembangkan rasa humor,
7) bernyanyi dapat membantu pengembangan
keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan bernyanyi dapat
meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
b. Sintaks pembelajaran melalui
bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a)
penetapkan tujuan pembelajaran, (b) penetapan materi pembelajaran, (c)
menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi
pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan
apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:
§
kegiatan
awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi
contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan arahan
bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya.
§
Kegiatan
tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya,
yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ tubuh yang ada dalam lirik
lagu.
§
Kegiatan
pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan
alat musik, misalnya pianika.
3)
Tahap
penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok.
E. Strategi Pembelajaran Terpadu
a. Rasional strategi pembelajaran
terpadu
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan,
yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak
dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran
terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum
atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak
diharapkan dapat berkembangan secara optimal.
b. Karakteristik strategi pembelajaran
terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui
kegiatan pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, 3)
memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya, 4)
menggunakan bermain sebagai wahana belajar, 5) menghargai perbedaan individu,
dan 6) melibatkan orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran
(Masitoh dkk., 2005: 12.10).
c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran
terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2) berkaitan dengan
pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan proses belajar, 4)
melibatkan penemuan aktif, 5) memadukan berbagai bidang pengembangan, 6)
kegiatan belajar bervariasi, 7) memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui
proyek oleh anak, waktu pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga
anak, 10) tema dapat diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan
pemahaman yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1)
meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru dan
praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan 4) dapat
dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan
untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
e. Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).
1) Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari: (a) minat
anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga, (d) materi yang
dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi topik
dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman dan
keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi
proyek.
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan
konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan
prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan
dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk
mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan
pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan,
alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan
pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai
anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.
Metode Pembelajaran Anak Usia Dini
Metode pembelajaran anak usia dini merupakan cara-cara atau
teknik yang digunakan agar tujuan pembelajaran tercapai. Kalau model
pembelajaran merupakan pendekatan umum dalam satu proses pembelajaran dan
biasanya dalam satu proses pembelajaran menggunakan satu model, sedangkan
metode adalah langkah teknisnya dan dapat menggunakan lebih dari satu metode
disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan serta kebutuhan anak
ketika pembelajaran berlangsung.
Penggunaan
metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak akan dapat
memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal
serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Secara teknis ada beberapa metode yang tepat untuk
diterapkan pada anak usia dini, antara lain :
1.
Bermain
2.
Bercerita
3.
Bernyanyi
4.
Bercakap
( dialog dengan tanya jawab )
5.
Karya
wisata
6.
Praktik
langsung
7.
Bermain
peran ( sosio-drama )
8.
Penugasan
Selain
metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih
umum antara lain :
a. Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri.
Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan
rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil
belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir
kreatif dan berinisiatif.
b. Metode Percobaan (Experimental
method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan
percobaan sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk
memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu
melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman
pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak
ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak
dapat mengamati sesuatu.
0 komentar:
Posting Komentar